desabatubulan.com
Kerokan: Antara Tradisi, Kenyamanan, dan Pandangan Medis yang Sering Diabaikan
Kerokan: Antara Tradisi, Kenyamanan, dan Pandangan Medis yang Sering Diabaikan
berita kesehataninfo kesehatan

Kerokan: Antara Tradisi, Kenyamanan, dan Pandangan Medis yang Sering Diabaikan

7views

infokesehatanDi berbagai sudut Indonesia, ketika seseorang mengeluh masuk angin, merasa tidak enak badan, atau sekadar pegal setelah beraktivitas berat, satu solusi sering kali menjadi pilihan utama: kerokan. Praktik ini sudah mendarah daging dalam budaya masyarakat kita. Hanya bermodal minyak kayu putih dan koin, tubuh yang semula terasa berat, dingin, dan lesu, mendadak jadi ringan dan hangat. Tapi di balik rasa nyaman yang di tawarkan, muncul banyak pertanyaan: apakah kerokan benar-benar menyembuhkan? Atau justru hanya menenangkan secara semu? Mari kita bahas dalam sudut pandang medis

Ini Dia Asal Usul 'Kerokan' yang Jadi Pereda Masuk Angin

Proses Kerokan: Apa yang Sebenarnya Terjadi di Tubuh Kita?

Kerokan adalah bentuk pengobatan tradisional yang mengandalkan gesekan benda tumpul—biasanya koin—pada permukaan kulit, yang sebelumnya telah di olesi minyak atau balsam. Tujuannya adalah menimbulkan sensasi panas dan munculnya garis-garis merah di kulit. Dalam kepercayaan lokal, garis tersebut di percaya sebagai tanda bahwa “angin” dalam tubuh telah keluar. Namun secara medis, garis itu adalah pecahnya pembuluh darah kapiler akibat gesekan. Ini adalah respon alami tubuh terhadap tekanan mekanis, bukan indikator bahwa “penyakit” telah berhasil di keluarkan.

Sensasi Lega atau Efek Sugesti? Penjelasan Psikologis di Balik Kerokan

Menariknya, banyak orang justru merasa lebih sehat setelah dikerok. Ini bukanlah hal yang aneh. Sensasi hangat yang muncul, ditambah sugesti positif dari pengalaman kerokan itu sendiri, menciptakan rasa nyaman. Dalam dunia psikologi, ini bisa dijelaskan sebagai efek placebo—di mana tubuh merespons positif bukan karena pengobatannya benar-benar bekerja, melainkan karena kita percaya bahwa tubuh akan membaik setelah proses tersebut. Jadi, tubuh yang merasa lebih segar usai dikerok mungkin bukan karena penyakitnya sembuh, tetapi karena pikiran kita ikut “sembuh”.

Mirip Gua Sha: Perspektif Tradisional yang Mendunia

Tradisi kerokan memiliki akar budaya yang kuat, bukan hanya di Indonesia tapi juga di banyak negara Asia. Teknik yang mirip dengan kerokan dikenal dengan nama gua sha di Tiongkok. Terapi ini bahkan sudah mulai dikaji dalam dunia medis modern. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa teknik seperti gua sha bisa membantu melancarkan sirkulasi darah, mengurangi ketegangan otot, dan memberikan efek relaksasi. Meski begitu, riset-riset ini belum cukup kuat untuk menjadikan kerokan sebagai terapi utama atau pengganti pengobatan medis.

Pandangan Medis Modern: Apa Kata Ilmu Pengetahuan?

Meski terasa nyaman, kerokan tidak sepenuhnya tanpa risiko. Gesekan keras pada kulit bisa menyebabkan iritasi, bahkan luka terbuka jika di lakukan secara berlebihan atau terlalu sering. Bagi orang dengan kondisi medis tertentu—seperti diabetes, gangguan pembekuan darah, atau kulit sensitif—kerokan sebaiknya dihindari karena justru bisa memperburuk keadaan. Selain itu, kerokan dapat menimbulkan memar yang cukup mencolok. Dalam beberapa kasus, memar ini bahkan bisa menimbulkan kesalahpahaman, terutama dalam konteks medis atau hukum, karena tampak seperti bekas kekerasan fisik.

Bahaya Tersembunyi di Balik Rasa Nyaman Kerokan

Salah satu bahaya yang paling sering di abaikan adalah kemungkinan salah diagnosis. Banyak orang menganggap bahwa gejala seperti mual, pusing, atau badan meriang adalah tanda masuk angin. Mereka langsung memilih kerokan sebagai solusi, tanpa mempertimbangkan bahwa bisa saja itu adalah gejala awal dari penyakit yang lebih serius, seperti infeksi saluran pernapasan, gangguan pencernaan, atau bahkan penyakit jantung. Jika terlalu bergantung pada kerokan, seseorang bisa saja menunda pengobatan medis yang seharusnya lebih tepat.

Ketika Gejala Serius Ditangani dengan Kerokan: Risiko Salah Diagnosa

Banyak kasus di mana seseorang merasa sembuh karena kerokan, padahal kondisi medisnya justru memburuk diam-diam. Ini bukan karena kerokan berbahaya secara langsung, tapi karena persepsi bahwa kerokan cukup sebagai pengobatan membuat orang menunda ke dokter. Ini berisiko fatal, terutama pada gejala-gejala samar yang bisa jadi pertanda awal penyakit serius.

Fungsi Sosial dan Emosional Kerokan dalam Keseharian

Meski kerokan sering di lihat dari sisi fisik, sebenarnya praktik ini juga memiliki nilai emosional. Dalam suasana yang tenang, dengan minyak kayu putih yang harum dan tangan yang penuh perhatian, proses kerokan sering kali menjadi lebih dari sekadar terapi tubuh. Ia berubah menjadi momen keintiman—antara ibu dan anak, suami dan istri, atau antar sahabat. Ada elemen emosional yang ikut terlibat, dan ini membuat kerokan terasa lebih bermakna, bahkan menyenangkan.

Tips Melakukan Kerokan yang Aman dan Tidak Berlebihan

Ada cara agar kerokan bisa di lakukan dengan lebih aman. Misalnya, selalu pastikan bahwa alat yang di gunakan bersih, dan jangan berbagi alat dengan orang lain. Hindari mengerok kulit yang sedang iritasi, luka, atau terpapar sinar matahari secara berlebihan. Lakukan dengan tekanan yang wajar dan jangan sampai menimbulkan luka yang dalam. Frekuensi juga perlu di perhatikan—kerokan yang terlalu sering bisa merusak jaringan kulit. Jangan jadikan kerokan sebagai satu-satunya solusi untuk semua jenis keluhan. Jika gejala tidak membaik dalam satu atau dua hari, pertimbangkan untuk memeriksakan diri ke layanan medis.

Menemukan Titik Temu antara Tradisi dan Medis

Fenomena kerokan ini bisa menjadi titik awal untuk memahami bagaimana budaya dan kesehatan berinteraksi. Masyarakat Indonesia memiliki banyak warisan pengobatan tradisional yang di yakini manjur karena telah teruji oleh waktu. Tapi bersamaan dengan itu, penting juga untuk membuka diri pada pendekatan medis modern yang berbasis bukti. Sinergi antara keduanya bisa menjadi cara terbaik untuk menjaga kesehatan dengan pendekatan yang lebih menyeluruh.

Haruskah Kita Tetap Melakukan Kerokan?

Kerokan bukanlah soal benar atau salah. Ia adalah bagian dari pengalaman kolektif yang telah membentuk cara kita memaknai kesehatan dan penyembuhan. Selama di lakukan dengan bijak, dalam kondisi yang tepat, dan tidak menggantikan pengobatan medis saat di butuhkan, kerokan bisa menjadi bagian dari upaya merawat diri yang tetap relevan hingga hari ini. Mengetahui batasnya dan tidak menjadikannya sebagai solusi tunggal adalah kunci agar manfaatnya bisa tetap terasa tanpa mengabaikan aspek medis yang lebih penting.

Leave a Response